Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence adalah bagian ilmu
komputer yang mempelajari perancangan sistem komputer yang cerdas, yaitu suatu
sistem yang memperlihatkan karakteristik yang ada pada tingkah laku manusia,
seperti mengerti suatu bahasa, mempelajari, mempertimbangkan & memecahkan
suatu masalah, termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Bidang ilmu komputer yang
memungkinkannya untuk memahami bernalar dan bertindak, suatu cara untuk membuat
komputer dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan manusia.
Kebanyakan ahli setuju bahwa Kecerdasan Buatan berhubungan
dengan 2 ide dasar. Pertama, menyangkut studi proses berfikir manusia. Dan
kedua berhubungan dengan mempresentasikan proses tersebut melalui mesin (komputer,
robot, dll). Kemampuan problem solving adalah salah satu cara untuk mengukur
kecerdasan dalam berbagai konteks.
Menurut Winston dan Prendergast (1984), tujuan dari
Kecerdasan Buatan adalah :
- Membuat mesin menjadi lebih pintar.
- Memahami apakah kecerdasan(intelligence) itu.
- Membuat mesin menjadi lebih berguna.
B. SEJARAH TEKNOLOGI SISTEM CERDAS
Artikel ilmiah pertama tentang Kecerdasan Buatan ditulis
oleh Alan Turing pada tahun 1950, dan kelompok riset pertama dibentuk tahun1954
di Carnegie Mellon University oleh Allan Newell dan Herbert Simon. Namun bidang
Kecerdasan Buatan baru dianggap sebagai bidang tersendiri di koferensi
Dartmouth tahun 1956 dimana 10 peneliti muda memimpikan mempergunakan komputer
untuk memodelkan bagaimana cara berfikir manusia. Hipotesis mereka adalah : “Mekanisme
berfikir manusia dapat secara tepat dimodelkan dan disimulasikan pada komputer
digital”, dan yang ini menjadi landasan dasar Kecerdasan Butan.
Beberapa program AI yang mulai dibuat pada tahun 1956-1966, antara lain :
a. Logic
Theorist, diperkenalkan pada Darmouth Conference, program ini dapat membuktikan
teorema-teorema matematika.
b. Sad
Sam, deprogram oleh Robert K. Lindsay (1960). Program ini dapat mengetahui
kalimat-kalimat sederhana yang ditulis dalam bahasa Inggris dan mampu
memberikan jawaban dari fakta-fakta yang didengar dalam sebuah percakapan.
c. ELIZA,
deprogram oleh Joseph Weizenbaum (1967). Program ini mampu melakukan terapi
terhadap pasien dengan memberikan beberapa pertanyaan.
C. PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM CERDAS
Salah satu sub bidang yang
menggunakan sistem kecerdasan buatan untuk mengatasi dan menganalisis
permasalah yang ada adalah bidang kedokteran. Pengembangan aplikasi kecerdasan
buatan pada bidang kedokteran sangat membantu sekali beberapa user yang
terlibat dalam kedokteran.
Penelitian yang dilakukan
Ting-Sheng Weng dan Chien-Hung Kuo pada tahun 2009 dengan judul “Development
and Research on the Intelligent Emergency Medical Information System: A Case
Study of Yunlin and Chiayi Counties in Taiwan ”, merupakan salah satu
aplikasi yang sangat membantu pasien untuk mempercepat dan mempermudah dalam
mendapatkan pelayanan serta membantu tenaga medis untuk melaksanakan tugasnya
dengan cepat dalam menangani pasien. Dalam penetian tersebut di ciptakan sebuah
aplikasi sistem infomasi darurat dalam menangani pasien secara cerdas di suatu
daerah. Dimana jika terjadi kecelakaan ataupun pasien yang ingin ke sebuah
rumah sakit di daerah tersebut dengan mudah dan cepat dapat ditunjukkan oleh
sistem ini atau akan meningkatkan kecepatan dan pelayanan ambulan dalam
membantu pelayanan darurat medis serta efisien waktu tempuh untuk menemukan
posisi rumah sakit terdekat dengan pasien yang membutuhkan pelayanan.
Sistem Kerja:
sistem dirancang untuk membantu memecahkan masalah antara pasien dengan
tenaga medis/rumah sakit. Dalam sistem ini, diciptakan sebuah tugas fungsi
darurat penyelamatan medis. Sistem ini menggunakan Peta Satelit Formosa
2(FORMOSAT-2) dan Teknologi Ajax untuk mengakses informasi
terhadap peta dan memungkinkan operator pusat untuk menentukan lokasi yang
benar dari pasien secara tepat waktu.
Berdasarkan lokasi pasien,
kemudian ambulans akan mengetahui posisi pasien dari layanan. Kemudian, teknisi
medis darurat sejalan penyelamatan pertama yang menggunakan perangkat mobile
pasien atau smart phone dapat terhubung ke sistem melalui GPRS (General
Packet Radio Service ) atau 3G (Third Generation Wireless Format)
untuk mencari pasien. Akhirnya, teknisi medis darurat bisa memasukkan kondisi
pasien ke dalam sistem, dan kemudian sistem akan menentukan rujukan rumah sakit
mana yang paling tepat.
Hasil yang diperoleh:
Penelitian yang telah dilakukan tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa pasien menerima pengobatan yang tepat, dan disesuaikan untuk
mengurangi pemborosan waktu yang disebabkan oleh transportasi yang tidak perlu
antara rumah sakit. Sistem ini merupakan pengintegrasian sistem
informasi rumah sakitdengan menggunakan ASP berbasis Web. Aplikasi mobile,
dan bahasa teknologi Ajax, JavaScript dan SQL untuk membuat suatu sistem cerdas
untuk informasi medis darurat yang menggabungkan aplikasi web, peta satelit dan
fungsi keputusan darurat medis mobile. Diharapkan dengan menggunakan sistem
ini, akan dapat meningkatkan efisiensi transportasi pasien di rumah sakit.
(Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar